Harapan Tinggal Harapan

Saat pertama kali kumengenalimu

Kagumku terhadap dirimu
Mewujudkan suatu perasaan
Di hatiku
Sungguh aku taksub
Dengan setiap kelebihan dan anugerah
Dihadiahkan Tuhan kepadamu
Sejak itulah
Semakin hari aku ingin mengenalimu
Sehinggalah suatu saat
Aku diberi Tuhan
Suatu kesempatan keemasan
Untuk bertemu denganmu
Apakah ini suatu takdir
Yang dicipta Tuhan
Tanda kasih-Nya kepadaku?
Ketika itu
Aku sedar
Doaku didengari
Ya, bertemu denganmu
Itulah yang aku pinta setiap hari
Sejak kau muncul dalam hidupku
Seri hidupku kian bertambah
Mengubati setiap luka parah
Yang pernah kualami dulu
Segala keperitan yang kualami
Kian beransur pulih
Tatkala Tuhan mempertemukan kita
Kau menjadi motivasi untukku
Dalam setiap hal
Hinggalah saat ini
Sampai pernah aku memasang cita-cita
Ingin berjuang bersamamu kelak
Namun,
Menerima khabaran itu
Seolah-olah membuatkan nadiku berhenti
Denyutan jantungku kian perlahan
Dadaku terasa sesak sekali
Apakah benar?
Mengapa ini yang terjadi?
Oh Tuhan, bukankah Kau sudah memberiku petunjuk
Bahawa apa yang kuimpikan
Bakal menjadi kenyataan?
Tapi mengapa ini yang aku dapatkan?
Hati aku perit
Sudah lebat kukira hujan yang turun
Di hatiku kini
Kini hatimu sudah dipunyai
Tiada hak lagi untukku terus berharap
Harapan hanyalah tinggal harapan
Seperti yang selalu terjadi pada diriku dulu
Angan-angan akan terus menjadi mimpi
Yang tidakkan mungkin bisa jadi kenyataan
Hatiku tertutup kian rapat
Tidak mahu lagi kecewa
Menagih kasih dari insan
Yang hanya wujud dalam imaginasiku
Mustahil untuk dimiliki
Kini kusedar semuanya
Hidupkun kosong
Pandanganku kelam.


Nukilan hamba penagih cinta-Nya,
Nurin Najwa

Nota: Pernah beberapa kali saya menelusuri kisah sedih sahabat karib saya, Nurin Najwa dalam mencari cinta. Sayu hati saya setiap kali mengulangi sejarah hidupnya yang lalu. Beberapa kali gagal dalam percintaan. Cintanya sering ditolak. Hatinya sering dijadikan mainan perasaan lelaki. Kasihan saya melihat dirinya. Dan puisi ini adalah puisi terbarunya. Sekali lagi dia jatuh dalam lubang yang sama. Pernah saya bertanyakan dirinya, kenapa memendam rasa cinta kalau takut untuk dikecewakan lagi? Sambil tersenyum, dia hanya berkata, "Hazimah, cinta itu datang tanpa kita sedari. Cinta itu sangat unik. Kadang-kadang tiada sebab mahupun alasan yang bisa kita ungkapkan setelah kita jatuh cinta." Saya semakin hairan, lalu bertanya lagi, "tapi, bukankah sakit jika gagal berkali-kali dalam cinta?" Nurin menjawab, "ya, memang tidak dapat dinafikan. Namun, setiap kali perasaan cinta yang datang menyelinap masuk ke dalam hati saya, saya rasa bahagia walaupun saya tahu di akhirnya saya bakal dikecewakan. Dan kini cinta saya musnah lagi. Memang sangat sakit tapi inilah saya, yang hidup hanya menanti cinta tulus yang akan merisik hati." Saya pegun. Walaupun Nurin betah berkata seperti itu, saya tahu betapa sakitnya hatinya kini. Hati saya bertambah pedih tatkala melihat sebutir-sebutir air mata jatuh ke pipi gebunya. Nurin Najwa, apakah kisahmu selepas ini?