About Me

My photo
i know what's right and what's wrong. i am cheerful and out going. it's hard for me to find the one that i want, but once i find the right person, i won't be able to fall in love again for a long time.

DO WHAT YOU LOVE

"Do what you love and you'll be good at it. Sounds simple enough. But what if you love reading comics, playing video games and watching korean dramas until your eyes pop out? Is it possible to make a career out of such things? What's the alternative? Spend all your time wishing you were brave enough to take that leap? Don't let fear stop you from doing what you love. Because ultimately, it's about being true to yourself."

Followers

Thursday, 29 August 2013

Ziarah raya, sebuah kelainan :)

~Bismillah~

Save Egypt!
At Ustaz Isha's house
Peace yo!
At Ustaz's Syahir's house
Congratulations Ammar and Madihah and may Allah bless your marriage

;)

Wednesday, 28 August 2013

Sukarnya untukku menerima semua ini!

~Bismillah~

Ya. Memang sukar. 
Sukar untuk kita menerima sesuatu kenyataan yang tak begitu mudah untuk ditelan.
Sukar untuk kita menerima kesakitan yang tak pernah atau yang sudah tidak mahu kita rasakan kali ini.
Sukar untuk kita menerima perpisahan yang sudah ditakdirkan.

Segala-galanya susah bagi kita untuk menerima semua ini!
Walau kita akui bahawa kita mempercayai takdir yang sudah tertulis buat kita,
tapi masih lagi hati kita sukar untuk menerima semua ini terjadi.

Kenapa?

Mari bermuhasabah.

Mungkinkah kerana hati kita sudah keras, sekeras batu? 
Walau dicurah air ke atasnya, walau disemburkan api kepadanya,
masih lagi ia tidak lekuk-lekuk dan tidak cair-cair? Sukar dilentur lagi.

Mungkinkah kerana jiwa kita sendiri sedang sakit dan menderita,
dek pengalaman-pengalaman dulu dan kenangan-kenangan pahit 
yang begitu mengkucar-kacirkan hidup sekarang?

Mungkinkah kita sendiri sudah jauh dari Tuhan yang menciptakan kita?
Di mulut kita akui kita beriman kepada-Nya,
namun hati masih penuh rasa sangsi terhadap-Nya?

Begitukah? Tolonglah... mohon agar bukan ini sebabnya mengapa kita sukar menerima
sesuatu yang kita tidak mahu ianya terjadi dalam hidup tetapi telah pun terjadi.

Pasti ada sebab lain, 
yang adakalanya sukar untuk kita kesan.
Walau dalam seribu pencarian, adakalanya ianya tetap akan terus menjadi misteri
kalau itu yang Tuhan berkehendakkan.

Hanya Tuhan sahaja yang Maha Berkuasa, mengetahui segala-galanya.
Apa yang ada di sebalik gumpalan hati,
dan apa yang ada di sebalik tirai minda.

Wallahua'lam. Mungkin ini jawapan terbaik buat masa ini.

Tapi, satu soalan untuk kita sama-sama fikirkan.

Kalau kita percaya bahawa perancangan Allah itu yang terbaik,
kenapa hati senang terluka dan masih berduka pada sesuatu yang telah terjadi, 
bukan atas kehendak dan keinginan kita?

Adakah kita tidak mempercayai-Nya?
Kita was-was, bukan? Mengaku saja! Usah malu!
Atau dengan bahasa yang lebih lembut, kita bukan tak percaya, cuma kita takut je.
Takut apa? Takut kalau-kalau kita tak mampu menerima apa yang telah ditakdirkan tu.

Alahai... susahnya nak puaskan hati manusia ni kan?
Siapa lagi manusia itu kalau bukan kita sendiri.
Sebab itulah doa dan istikharah tu sangat penting! 
Kepada siapa lagi kita nak bergantung harap kalau bukan kepada Allah?
Kalau kita percayakan-Nya, sepatutnya hati kita akan bertambah tenang setiap hari.
Bukannya resah gelisah. 
Tapi kalaulah itu yang kita rasakan sekarang, kita tepuk dada kembali,
ketuk-ketuk sikit pintu hati tu dan cuba tanya diri sendiri.
Sedalam manakah kepercayaanmu pada Ilahi setakat ini?

Darpada situ, kita pasti akan menemukan jawapannya. Kalau dah dapat jawapan,
simpan dengan rapi. Jangan sampai dia bocor ke tangan orang lain. Kalau tak, nahas!

Lagi satu.

Bila kita ada masalah, kita sepatutnya menghadapinya dengan penuh ketenangan dan berlapang dada.
Jangan lari daripada masalah tersebut. Lari dari masalah takkan menyelesaikan apa-apa, 
tambahan akan lebih menambahkan masalah.
Satu-satunya jalan untuk kita selesaikan sesebuah masalah adalah dengan cara menghadapi masalah itu dengan berani dan penuh keyakinan diri!
Dan paling penting sekali, jangan lupa untuk tetap SENYUM walaupun masalah besar sedang melanda diri.
Itu barulah ciri-ciri orang Mu'min, yang 
apabila ia diuji, ia bersabar dan apabila ia diberi nikmat, ia bersyukur.

Kita semua Mu'minuun, bukan?

Oleh itu.....

La tahzan, innallaha ma'assobiriin...

Walau sesukar manapun kita menghadapi sesuatu yang pahit untuk ditelan masuk ke dalam hati,
dengan hati yang penuh redha pada ketentuan Ilahi,
in sha Allah kita pasti boleh menerimanya dengan tenang dan penuh keterbukaan hati.

Cuma jangan lupa untuk ucapkan bismillah setiap hari mulakan kehidupan,
dan alhamdulillah setiap hari menutup cerita. Dan......... hasbunallahu wa ni'mal wakiil... 
agar Allah mempermudahkan setiap urusan yang sukar.

Wallahua'lam.

Jom tidur dengan tenang ^^Selamat malam semuanya. Moga Allah redha. 

Friday, 23 August 2013

Gadis kecil bernama Myra

~Bismillah~

Pernah suatu ketika dahulu
Diri mengenali seorang gadis kecil
Namanya.... Myra
Myra yang lincah... Myra yang cergas... Myra yang cerdas
Diri mengenalinya hanya melalui
Cerita-cerita dari seseorang dan
Dari gambar-gambar yang seseorang itu tunjukkan
Diri tak pernah bersuara muka
Dengan si kecil bernama Myra ini
Tapi cerita-cerita dan gambar-gambarnya
Cukup membuatkan hati ini tertarik kepadanya
Sungguh Myra ini unik budaknya
Sampailah hari sebuah kisah menemukan penamatannya
Barulah takdir menemukan kita
Myra macam tahu-tahu itulah
Pertemuan pertama dan terakhir kalinya
Buat kita
Myra... Diri ini begitu merindukanmu
Pertama kali menatap wajahmu
Manakan diri tahu bahawa itu jugalah Kali terakhir diri bersamamu
Terus saja air mata tumpah
Di situ juga
Di hadapan rumahmu
Diri mengakui kamu, Myra, memang anak yang baik
Bagi kedua orang tuamu
Sebab diri dapat merasakan itu
Oleh itu Myra, diri berdoa agar
Kita dapat berdua lagi
Siapa tahu... Mungkin suatu hari
Kamu boleh menjadi teman kepada cahaya mata diri nanti

Myra, diri ini tak pernah sekali pun melupakanmu
Namamu sentiasa tersemat di hati ini
Hingga ke akhirnya

Diri sayang kamu selamanya










Wednesday, 21 August 2013

Me

~Bismillah~

Long time no updates. In sha Allah, I try my best to update a little bit about myself here. Since tomorrow I got classes, so I will shorten my post as much as I can.

Me. What do you know about me? You don't know much about me, do you? 
Because we just knew each other and there are lots of things that we still need to learn about each other.
This post is going to be sangat sempoi, so, please read it carefully and try to understand me through it.

Actually, not just you, many people out there (my acquaintances of course) who still don't know much about myself and my life background. But all I know is that most of them judge me from what they see from their beautiful eyes created by Allah.

"Wow! Hazimah got a big house! She must come from a wealthy family!" 
"Besarnya rumah Zmah! Segan pulak nak masuk!"
Aha! These are the most famous expressions I heard from most of my friends, which are quite funny to me,
because when I thought back of what they say about my house, they only thing that came across my mind was, "Hello, guys, that's not my house. That's my parents' house. If I were to have my own house, I will build a castle instead of a bungalow. Just kidding!" Lol.

Tapi, yup, most people think I'm a rich person which I totally reject that idea.

Why? Because most of them didn't know the true story behind it. The truth is, I don't much about my family history, tapi yang saya tahu ialah, we used to move from one place to another (atau dengan erti kata lain berpindah-randah atau bahasa bestnya hidup secara nomad) before my father built the comfortable house that we are staying now. If I;m not mistaken, we had moved from one house to another for three times and it was long time ago. When I was small, we just stayed in rental houses. Our first and second temporary houses was located in Sri Gombak and our third temporary house was in Taman Desa Minang, Greenwood. So, nak katanya, saya bukannya tak pernah rasa duduk rumah kecik dan sempit. To me, our previous house in Taman Desa Minang is much bigger and more comfortable than the ones located in Sri Gombak. Our old house in Sri Gombak was so small. Masuk-masuk je, memang straight away dah nampak dapur. Jalan sikit, dah sampai dapur dah. But what made me think that the house was big enough for us to live in is that because we had a big family. Just imagine, 10 people staying in a small house. It sounds torturing but alhamdulillah, we managed to get through the hardship together. 

Why we had to live in a small house before we moved to a bigger one? 
Because during that time, ayah was still collecting money to built the house that we're living in now. And even after the house had been completely built, we still needed to stay in the rental house in Greenwood because there were a couple of Dato' and Datin who rented our house because they were waiting for their new mansion to be completely built too.

Nak dijadikan ceritanya, saya bukannya tak pernah merasa duduk di rumah ekcik dan sempit. Pernah je and I'm proudly to say that, I'm still happy for it and I never mengungkit pasal rumah kecik, sempit semua because to me, it's not about how big your house is but how much happiness you can fill inside it. 

And another thing is that, saya pernah je tinggal di rumah kayu yang tandasnya terletak di luar rumah ya. Dulu, kami rajin balik Kelantan. Setiap kali balik Kelantan, memang akan tidur di rumah kayu yang tandasnya sama ada dekat luar rumah, atau tak ada pintu langsung! Terpaksalah mandi berkemban. Tapi nasib baik masa tu kecik comel lagi. Tak malu sangat nak berkemban. Hehe. Dan kalau ikutkan, saya lagi suka duduk rumah kayu berbanding rumah batu. Saya lagi suka makan dekat atas lantai berbanding makan atas meja besar. Saya lagi suka tidur atas tilam berbanding tidur atas katil dan semua ni pernah saya lalui :)

And actually, it took a long time for ayah to built us one big and comfortable house that we are living in now. It didn't take days or months, instead years for him to give us a bigger 'heaven.' But what makes me sad is that many people think that kami orang senang. My father was originally a kampung boy but because of his hardship in looking for money to make our lives more comfortable, he had achieved what we're having now. Thanks to him and thanks to Allah sebab murahkan rezeki dia dan kami semua. 

Hmm... what else I want to describe about me? Oh, before that, the reason why I'm telling you this because I want you to be like me. Please don't judge book by its cover. I never judge people from their appearance or  from the house they are living in or from the car they drive. I only judge people from their hearts. We can only know how much sincere they are to us through their hearts. Other things seem to be unimportant to me. Properties, wealth, richness... all of these we can get in a just blink of eyes if Allah wills. Tapi nak jadi atau cari orang yang ada big hearts tadi, sangatlah susah and we can only know after we had turned to be one or had befriended one. 

For all my life, Allah gave me the opportunity to get to know with and to befriend people who come from a very poor family and rich family. Saya ada kawan-kawan yang hidup mereka lebih susah dari saya dan lebih senang dari saya and I thank Allah for sending them to my life. Knowing them have taught me a lot of valuable lessons in life. 

Mengenali orang-orang yang susah mengajar kita erti rendah diri.
Mengenali orang-orang yang hidupnya lebih senang dan kaya dari kita mengajar kita erti syukur.

These people, I should be thankful to them because they keep on teaching me on how to appreciate life, the life that Allah had granted me now. I'm happy to be what I am now. I don't need more and I don't need less. I truly appreciate what I am and what I have now. Thanks to both of my parents who had gone through all the hardships just to let me live a comfortable life. Tapi kalau takde rumah besar, tak banyak harta pun, saya masih lagi happy sebab saya ada Allah, keluarga dan diri saya. That's more than enough to me.

Maybe I should stop here. This may be not enough but cukuplah sekadar mengurangkan rasa inferior kamu untuk terus berkawan dengan saya.   

Whoever you are or whoever you may be, I truly accept you as they way you are. You don't have to transform to someone else just to satisfy me. I accept people as who they are. However, improvements are still needed. If there are some flaws regarding your akhlak or attitute, yes, I will ask you to change that not immediately but slowly. But for now, just be yourself and don't be too inferior just because kita sedikit berbeza. Differences (no matter in what aspects) are to be appreciated dan perlu dinikmati bersama. Jangan menjauhkan diri walaupun saya sedikit senang dari kamu atau kamu sedikit susah dari saya dan sebaliknya. Yang macam mana Allah datangkan kamu dalam hidup saya, yang macam tu jugaklah I want you to be. Just stay who you are. 

Like I said before, I don't need more and I don't need less. I'm so grateful for what I have now.
And to you, it doesn't matter if I have to live in a hardship with you because I have Allah, our family and YOU. Cuma, nak cakap, susah macam manapun hidup kita, jangan pernah sesekali berhutang. Berhutang demi kesenangan hidup sekarang adalah sangat bercanggah dengan prinsip hidup saya. Er.... kalau PTPTN tu lain cerita ya. Hehe. This is what I learn from my father. Sepanjang hidup dia, dia tak pernah berhutang. Langsung tak pernah!  That's what I respect him the most. So, biar susah sekarang tapi senang kemudian. Tapi kalau Allah dah tak izin untuk kita hidup senang di dunia ni, kenapa mengeluh? Kita akan hidup senang jugak di akhirat nanti. Dan........ di dunia ni, the only that can turn us to be the richest person in the world is just to be HAPPY! If we're happy, that means we have become the most richest person in the whole wide world! Trust me! 


*Kebahagiaan sesebuah perhubungan adalah berpaksikan pada dasar taqwa kita pada Allah dan saling percaya antara satu sama lain. Harta kekayaan boleh hilang dalam sekelip mata. Hanya sepetik jari, semuanya akan hilang dari mata kalau Allah berkehendakkan. Tapi orang yang ikhlas, orang yang baik, hanya satu dalam seribu dekat dunia ni. Just improve yourself dekat mana-mana yang perlu diperbaiki. Tapi jangan sedih kalau tak dapat bagi kekayaan pada saya sebab saya tak perlukan semua tu. Cukuplah rasa cinta pada Allah dan Islam yang kamu bawa dalam diri kamu dijadikan mahar untuk menikahi saya.Dan kalau dari sudut keduniaan pulak, cukuplah sekadar kelengkapan saya, nafkhah saya terpenuhi. Benda-benda lain tu, saya mungkin tak dapat di dunia tapi Allah akan bagi dekat syurga. In sha Allah. Dan jangan takut untuk hidup susah dengan saya sebab saya dah terlalu lama tidur dalam lautan kesenangan. Kadang-kadang rasa rindu untuk hidup susah pula.

Wallahua'lam.

Sunday, 4 August 2013

Puzzle 43: Friend, all I need from you is to be appreciated

~Bismillah~

Since I was very small, I rarely make friends with people because I was a very shy and timid girl. No one can bear with my shyness and quietness. They found it very difficult to talk to me and to befriend me. I just knew it. That was me. Long before. I was very weak in socializing. Even at home, my only companions are my late Atuk and my Kak Uda. Only they know the ways to make me talk and laugh. No one except them could do it, including my mother. Strange, isn't it? But that's the real thing to be admitted here.

Until I entered the second half of my primary school, I met a few people that had turned me into someone else. Someone new. Our friendship has lasted until we got enrolled to the secondary level. We became closer and closer. We became good friends and we became best friends! The person is a she. She was always there when I needed her the most. We always overnight at each other's houses. Get to know with each other's family and tried to understand each other's hearts. I really miss the moment where we usually had our pillow talk before we went to bed. There were so many things, many issues that we talked about and one of it, I still can remember it until today. 

Alhamdulillah, with Allah's bless, our relationship has lasted until today. However, we had lost contact. Since she went to study abroad, I never got to see her again. Since her parents separated from each other, I've never heard any news or stories about her. I always received a private message from her saying that she truly misses me but she never mentioned anything about returning to Malaysia. I heard that she's already here but how can I ever contact her? Her number had lost with my old hand phone and she never turned on her FB since then. But I just want to say that she's my only schoolmate who understands all my hindrances and she never said no whenever I need her hands in something. Even my mom and my sister love and miss her so much, I love and miss her even more. May Allah guard and protect her wherever she is.


When I started my new life as an adult student in UIA, I met several new people who had changed my life 180 degree. I knew them from QYC, one of the clubs that I had joined when I was still studying in UIA. I made friends with some and get close to them. Alhamdulillah, at first, everything went well. But now, everything seems to be faded away with the time. After everyone had graduated from the university, no more messages, no more calls I receive from them. Everyone keeps silent. Maybe they are too busy with their works or with their personal lives. I truly understand that.

But, they did something that can be hardly accepted by my heart. They contacted among themselves without me having the same conversation. It's simply because I don;t have What's App in my phone. When I met them, they acted like I wasn't there at all. They laughed among themselves and ignored me who was sitting beside them. They share a lot of things among themselves without even letting me know. See? To them, my existence is just this much. I seem to be nothing in their lives. When they want to meet, I will always be the last person they contact. They are many things they keep among themselves without even bother to tell me a single thing about it. Because why? Because I'm nothing. 

I am preciousless. I am valueless. I am no one in their list of friends.

To end this post, I just can let my tears running down my cheeks. 
I know that no matter how much other people hurt us, but we still need to be good to them.
But for me, I only can do this much. I can no longer bear with their attitude on how they value friendship.

Now, I'm leaving. I'm leaving from those who never appreciate me in their lives and leaving to those who appreciate my being.

*Friend, all I need from you is to be appreciated. I never hope for something in return. You mean so much to me but if I mean  only this much to you, what ever for we continue this relationship? So, I better take my leave. So that you'll be happier when I'm not around. So long. 

Terima kasih kamu

~Bismillah~

setelah sekian lama tak menangis
setelah sekian lama air mata tak jatuh atas pipi
akhirnya hari ni menitis jugak ia
sebab sakit sangat
sakit sebab demam yang menyerang
sakit sebab hati terluka
terima kasih kamu
kerana buat air mata jatuh kembali
kalau bukan kerana kamu
saya takkan berjumpa teman lama saya ni

air mata teman setia saya

*Apa yang lebih penting bagi saya ialah diri kamu. Bukan kad kamu. Kalau kamu tak bagi kad pun takpe, asalkan saya dapat jumpa kamu sebelum saya balik beraya ke kampung. Kad tu, kamu simpan jelah ya. 

Panas

~Bismillah~

selsema makin teruk
tekak makin sakit
kahak makin banyak berkumpul
susah nak bernafas dengan baik

dan suhu badan makin naik
badan saya makin panas

T_T

Didikan Atuk

~Bismillah~

Bila sebut je perkataan Atuk, ramai orang ingat Atuk ni lelaki tapi dalam kes saya, Atuk ni perempuan.
Atuk ialah nenek saya sebelah mak. Bagi kami orang Johor, panggilan untuk nenek selalunya Atuk atau Mak Tok.

Saya, Kak Uda, Hafiz dan Zaim (terutamanya) semuanya dijaga, diasuh dan dibesarkan di bawah jagaan Atuk. Mak bekerja sejak kami semua kecil. Masa muda-muda dulu, mak memang tak ada masa sangat dengan kami. Selalu pergi kursus. Balik kerja lambat. Jadi, yang menjaga dan teman kami di rumah ialah Atuk.

Kalau musim cuti sekolah, mak jarang balik rumah waktu tenghari untuk hantar makanan.
Dan Atuk pulak memang tak reti masak. Jadi, juadah makan tengahari kami sangatlah simple. 
Kalau cuti sekolah je, setiap hari pada waktu tengahari kami akan makan nasi dengan kicap saja. 
Tengok, siapa kata saya tak pernah rasa hidup susah :P Sebab di rumah kami ni, mak tak rajin beli stok makanan. Kalau tak makan nasi ngan kicap pun, untuk buat kelainan sikit, Atuk akan masakkan bubur. Pun makan dengan kicap jugak. Sedaaaaaap!

Dan setiap hari jugak, wang belanja kami disediakan oleh Atuk. Masa arwah Atuk masih hidup, mak dan ayah jarang beri wang belanja kepada kami. Masa sekolah rendah, wang belanja saya dan KAak Uda hanya 50 sen. Dah masuk tahap dua, uplah sikit jadi RM 2.  Tapi bila dah masuk sekolah menengah, memang ayah yang beri wang belanja setiap hari. Sebab masa ni, Atuk dah mula sakit. Atuk menghidap barah payu dara stage akhir. Tangguh kejap cerita pasal penyakit Atuk.

Hari lahir saya dan apa yang saya suka, mesti Atuk ingat. Atuk tak pernah miss beri saya hadiah masa hari lahir saya. Sebab mak dan ayah tak pernah ingat hari lahir saya dulu. Atuk beri saya jam. Dua kali Atuk hadiahkan saya jam masa hari lahir saya tapi saya tak reti jaga. Habis rosak kedua-dua jam saya tu. Pernah sekali, masa hari lahir saya, mak bawak kami pergi JJ. Saya ternampak permainan UNO. Saya nak beli tapi mak tak kasi. Saya merajuk dan terus menangis. Tapi Atuk perasan saya tengah sedih. Last-last, Atuk belikan je. Baiknya Atuk!

Macam mana Atuk mendidik saya?

Atuk didik saya tak sama macam mak didik saya. Atuk ni, orangnya sangat strict dan garang sebenarnya tapi hatinya sangat lembut. Boleh dikatakan, saya cucu yang paling rapat dengan Atuk. Kalau bawak Atuk keluar jalan-jalan, Atuk memang akan cari tangan saya untuk dipimpin. Di rumah, saya tidur dengan Atuk. Saya tidur sebelah Atuk. Masa saya kecik-kecik, saya ada kutu. Kalau tidur sebelah Atuk, Atuk rajin cabut telur kutu saya sebelum saya terlelap. Sebelah tangan cabut telur kutu atas rambut saya, dan sebelah tangan lagi Atuk pegang tasbih. Atuk rajin berzikir. Biasanya dia akan berzikir dengan tasbihnya masa dia tak buat apa-apa, lepas solat dan sebelum tidur. Inilah yang saya saksikan setiap hari saya bersama Atuk. Dan ia menurun pada saya pula. Kalau tasbih peneman setia Atuk, samalah juga dengan saya. Saya rasa semacam kalau tidur tak pegang tasbih. Dan bila saya berzikir sambil pegang tasbih sebelum tidur, saya rasa seolah-olah Atuk ada dekat sebelah saya. Tenang sangat rasanya.

Atuk selalu kerah saya buat kerja-kerja rumah. Sejak dari kecik, Atuk memang didik saya untuk buat semua benda sendiri. Jangan harap pada mak je. Dari sekecil darjah 3, saya gosok baju sendiri, basuh baju sendiri. Dan akhirnya saya dibuli oleh adik-beradik saya yang lain. Kalau mereka malas gosok baju, mereka akan suruh saya. Hehe. Kalau masa cuti sekolah, haaa.... siaplah. "Azimah! Tolong Atuk sapu rumah ni!" "Azimah, tolong Atuk lipat baju ni!" "Azimah, tolong Atuk jemur baju ni!" "Azimah, tolong Atuk sikat bulu karpet ni!" "Azimah, tolong Atuk buat itu dan ini...." "Atuk tak pernah suruh adik-beradik saya yang lain buat kerja-kerja semua ni. Dia mesti akan suruh saya. Entah kenapa saya dipilih.

Banyak karakter Atuk menurun dekat saya. Atuk pengemas, saya pun jadi pengemas. Atuk garang, saya pun garang jugak. Atuk tak pandai masak, saya lagilah tak suka masak. Atuk suka kucing, saya laaaaagi suka kucing! Pernah sekali masa lipat baju dengan mak, masa ni Atuk dah tak ada, mak selalu cakap, "Adik, adik lipat baju kan macam Atuk. Kemas je lipatannya." Terahru saya bila mak cakap macam tu. Kalau mak cakap macam tu, maksudnya mak rindu sangat dekat Atuk dan dia seolah-olah nampak Atuk dalam diri saya. Ayah pulak,"Adik kalau sapu rumah, bersih je." Macam arwah Atuk jugak.

Masa kanak-kanak saya memang banyak diisi bersama Atuk. Masa ni, saya belum rapat lagi dengan mak.
Kalau saya ada masalah dengan kawan, dengan mak dan adik-beradik sendiri, saya mesti luah dekat Atuk.
Atuklah pendengar setia saya.

Tapi ada sesuatu yang menyedihkan saya.

Masa Atuk dah kritikal sakit barah payu dara, masa tu memang dah nak sampai masa Atuk pergi. 
Di saat-saat akhirnya, Atuk dah tak kenal saya walaupun setiap hari saya bersama Atuk. Masa Atuk sakit, Atuk macam dah tak berapa nak ingat apa-apa. Walaupun saya yang jaga Atuk, suapkan Atuk makanan, tukar pampers Atuk, mandikan Atuk, tidur dengan Atuk, tapi ini yang keluar dari mulut Atuk "Awak siapa?"
Masa ni, saya menangis je. Saya menangis dekat mak. Saya cakap dekat mak, saya sedih sebab Atuk dah tak ingat siapa saya. Tapi adik-beradik lain Atuk ingat. Contohnya pernah sekali Atuk cakap, "Anwar mana?" "Fathiah mana?" Dan bila mereka datang, Atuk memang kenal mereka sampai berborak-borak dan senyum pandang mereka. Tapi sampai ke akhir hayat Atuk, walaupun saya berborak dengan Atuk, tapi Atuk masih belum juga kenal saya. Dia memang dah lupa saya!

Bila saya flashback balik pasal Atuk dekat mak, saya mesti akan cakap benda ni. Dan ini respon mak, 
"Selalunya memang macam tu dik. Kadang-kadang manusia ni, masa saat-saat akhir dia, dia memang akan lupa orang yang paling dekat dengan dia sebab orang itulah yang dia paling sayang." "Tapi kenapa mak?" "Sebab dia tak nak kita rasa kehilangan bila dia dah tak ada nanti. Dia takut bila dia dah meninggal, kita akan rasa sedih sangat." Baru saya faham. Rupanya, saya sangat istimewa di hati Atuk (air mata menitis. rindu Atuk!)

Jadi, saya yang sekarang adalah hasil didikan Atuk sebenarnya.  
Atuklah yang telah mencorakkan karakter dan personaliti saya.
Saya jadi pembersih, pengemas, semuanya kerana dididik oleh Atuk. Haa, dan lagi satu saya terlupa!
Atuk ni sangat suka memberi! Dia tak pernah lokek duit dengan siapa2 pun.
Agaknya ni lagi satu karakter saya yang menurun dari Atuk.

Walaupun Atuk tak ingat saya di saat-saat akhirnya, tapi Atuk tetap di hati saya sampai bila-bila.
Walaupun Atuk tak ingat saya di saat-saat akhirnya, tapi saya tetap akan ingat Atuk sampai hujung nyawa saya.

Atuk sentiasa di hati saya.
Moga Allah mencururi rahmat ke atas roh Atuk. Aamiin.

:')

Jam tangan

~Bismillah~

Pertama kali saya baca puisi sependek ini 
dan pertama kali juga hati saya bagai dicucuk-cucuk membaca isi puisinya

Meh saya quote.

pagi menangis,
tengah hari bergembira,
petang berpenat,
senja bersama,
malam bersakit.

satu hari.. menarik.

Puisi ini saya petik daripada blog sahabat saya. Buah hati saya.
Saya tahu sejak dua menjak ini tiada apa yang membelenggu dirinya melainkan kesedihan.
Dan saya rasa kecewa sebab sebagai sahabat, saya tak mampu buat apa-apa untuk mengurangkan rasa sedihnya.

Naifnya saya sebagai sahabat.

Saya tahu dia sedang berduka, tapi saya gagal mengukirkan senyuman di wajah manisnya.
Bila saya membaca puisi ini, hati saya bagai dirobek-robek sama.
Siapa tak sakit bila melihat hati sahabat sendiri disakiti, walau saya tahu
dia yang menyakiti hatinya itu mungkin tiada niat untuk bertindak sejauh itu.


Lantas, demi mengurangkan sedikit rasa sedihnya, saya menghadiahinya seutas jam tangan murah.
Sebab ini saja yang termampu saya berinya bersempena Hari Raya.

Untuk kamu, sahabat, kenapa jam tangan menjadi pilihan aku sebagai hadiahmu?

Kerana aku ingin kau hitung sendiri detik-detik indah yang kau bina dalam hidupmu 
Kerana aku ingin kau kira sendiri waktu-waktu kau bersedih dan berduka
Kerana aku ingin kau lebih menghargai masa yang kau ada untuk membina mahligai bahagia

dan yang lebih penting kenapa jam menjadi hadiahku untukmu kali ini adalah kerana

aku ingin kau tahu bahawa setiap detik waktu kau berduka itu
aku sentiasa ada menemanimu dan mendoakanmu
aku selalu berharap agar aku bisa bersamamu
meminjamkan bahuku dan mengelap pergi air matamu

maafkan aku kerana aku tak mampu buat begitu
oleh itu
seutas jam tangan murah ini kuharap
mampu menjadi pengganti diri yang naif ini

Semoga seutas jam tangan ini mampu mengajarmu
bahawa setiap detik waktu yang Tuhan anugerahkan buat kita
harus kita isi dengan momen-momen yang bisa membuat kita tertawa gembira
bersama orang-orang yang kita cinta

*Saya menyayangi sahabat saya

Thursday, 1 August 2013

Emak dan anak

~Bismillah~



Sedikit santapan rohani sebelum berbuka.

Pada suatu petang nan indah, adalah seorang emak dan anak ni sedang sibuk-sibuk menyiapkan juadah berbuka puasa. Tiba-tiba, si emak mula bersuara.

"Dik, tahu tak. Tadi dekat ofis mak ada ustaz ni bagi tazkirah. Dia cakap pasal tangan yang memberi..."

Si anak pun mendengarlah dengan khusyuk sambil membasuh-basuh pinggan yang tak pernah habis di dalam sinki.

"Hmm..." si anak merespon.

"Ustaz tu kata, makin banyak kita beri dekat orang lagi berkat rezeki kita. Maksudnya, walaupun kita ni asyik memberi je tapi rezeki kita tak pernah habis. Takkan ada masa yang kita rasa kita kekurangan duit disebabkan kita banyak memberi pada orang."

"Jadinya?"

"Yalah... meaning... macam kamu kan selalu belikan kawan-kawan kamu hadiah. Bagi cupcakelah, beli bookmarklah, selalu belanjalah, beri bukulah, beri macam-macam hadiah. Tapi ada kawan-kawan kamu yang tak appreciate in the sense that bila diorang tengah happy, tak ada yang ingat dekat kamu. Bila diorang tengah makan sama-sama, tak ada yang ingat nak ajak kamu join sekali. Nak katanya, apa yang kamu buat pada mereka tu seolah-olah tak berbalas..."

"Hmm..." sedih hati si anak ni bila mengenangkan dirinya sering berada di ranking yang paling last dalam hidup kawan-kawannya.

"Tapi, walaupun macam tu, nak katanya sikap suka memberi kamu tu yang tak mengharapkan balasan apa-apa, dah membuktikan bahawa kamu dapat yang lebih baik lagi. Maksudnya, kamu mungkin tak dapat balasan daripada kawan-kawan kamu yang kamu dok selalu beri hadiah tu, tapi kamu dapat ganjaran yang lebih hebat dan bermakna daripada Allah atas sifat pemurah kamu dalam memberi."

"Contoh ganjarannya apa mak? Kenapa adik rasa tak macam tu pun..." Sedih.

"Yalah. Contoh yang paling jelas Allah balas kebaikan kamu tu, tengok, kamu tak pernah rasa hidup kamu susah atau kesempitan wang. Lagi pulak, kamu berjaya lulus exam final kamu dengan CGPA yang baik, dah bergelar graduan universiti dah pun. Dan lagi satu. Kamu baru habis belajar tapi kamu tak sempat menganggur. Pegi interview, terus dapat tawaran bekerja. Itulah keberkatan dalam pemberian kamu pada orang."

Si anak tersenyum dan hati mula terasa sebak. Air mata hampir jatuh menitis.
Mulanya sedih. Sedih sangat. Selama ni si anak sering merasakan bahawa kehadirannya dalam hidup orang lain dirasakan tak bermakna bagi orang itu. Dia buatlah baik macam mana pun, orang tu tak acknowledge si anak dalam hidupnya. Tapi, bila mendengar cerita si emak tadi, hatinya berasa lega. Kini baru dia sedar bahawa tangan yang memberi lebih baik daripada tangan yang menerima. Dan yang paling penting sekali... jangan pernah berputus asa dalam "memberi" sebab ada keberkatan yang luar biasa dalam sikap "suka memberi" yang mana hanya Allah saja yang tahu...

Memberi perlu hadir bersama keikhlasan. Jangan lupa tu!

*Hidup kena banyak memberi. Bila banyak memberi, banyak pulalah kita menerima. Bukan menerima daripada manusia, tapi menerima daripada Sang Pemberi rezeki itu sendiri, Allah yang Maha Pemurah. Jika kita rajin memberi, tanpa kita sedar apa yang kita beri tu akan berbalik semula pada kita dalam bentuk yang lain. Lihatlah indahnya keberkatan dalam memberi. Syukran ya Allah.

SELAMAT BERBUKA KAMU!

LinkWithin

Related Posts with Thumbnails